Hallo Guys :) this is my first time and my first experience make a blog :)))
jadi untuk posting-an pertama, aku pengen nge-share salah satu hasil kerja keras ku pas jadi Maba semester satu wkwkwk
LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA
LINGKUNGAN
PERCOBAAN
4
ASIDI ALKALINITAS
NAMA : NADIEDA HAMATHA
NIM : 1610815220018
KELOMPOK : IX
ASISTEN : GRAFINA WAHYULIANI
PROGRAM
STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS
TEKNIK
2016
PERCOBAAN 4
ASIDI ALKALINITAS
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan
percobaan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar asidi alkalinitas
pada suatu sampel air.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif.analisis kuantitatif yang paling sering ditetapkan
yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan mentitrasi
suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah
diketahui konsetrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang
diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen
titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan
basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidimetri dan
alkalimetri (Keenan, 1991).
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara
ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari
basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Asidimetri merupakan
penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa
dengan menggunakan baku asam. Sedangkan alkalimetri merupakan penetapan kadar
senyawa-senyawa bersifat asam dengan menggunakan baku basa (Gandjar, 2007).
Asidimetri dan alkalimetri yaitu
dua macam kelompok dari titrasi netralisasi. Asidimetri dan alkalimetri sering
juga disebut dengan titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri (Basset, 1994).
Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa dengan larutan standar asam. Titrasi
alkalimetri adalah titrasi larutan yang bersifat asam dengan larutan standar
basa (Harjadi, 1990).
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu
volume larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang tidak dikenal. Standarisasi
merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Larutan
standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume larutan).
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah
sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi (Day & Underwood, 1999).
Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk
mengetahui saat reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut
indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa
tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat
menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator
berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam basa (Suirta,
2010).
Asiditas
pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir
.
Air
asam biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas
biasanya merupakan hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-,
CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion logam
asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada
alkalinitas, karena dua contributor utama CO2 dan H2S,
merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel (Mindriany, 1994)
Istilah
asam mineral bebas (free mineral acid)
adalah asam kuat seperti H2SO4 dan HCl di dalam air.
Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir phenolphtalein (pH 8,2). Asam mineral
bebas ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange (pH 4,3). Karakter asam
dari ion-ion logam asam, dan biasanya beberapa merupakan asam kuat (Mindriany,
1994).
Berikut ini beberapa contoh indikator yang digunakan
dalam titrasi asam-basa:
1.
Indikator metil
merah merupakan senyawa organik yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2.
Senyawa ini banyak digunakan untuk titrasi asam-basa. Berwarna merah saat pH
dibawah 4,4 dan berwarna kuning saat pH diatas 6,2.
2.
Indikator PP,
digunakan untuk mengetahui proses pentitrasian dengan terjadinya perubahan
warna pada larutan. Indikator PP dengan range pH 8,0 – 9,6 merupakan indikator
baik untuk larutan basa (Damin, 2008).
3.
Metil jingga
merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih
larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga sering digunakan sebagai
indikator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4
dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam
keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa
kuat, menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik
(Suirta, 2010).
III.
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet
volumetri, pipiet tetes, gelas bekker, dan labu erlenmeyer.
B. BAHAN
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah larutan NaOH, larutan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
0,1N, larutan HCl, larutan natrium tetra borat 0,1N, indikator fenolphtalein
0,035 %, akuades, etanol, indikator metal orange
0,1 %, dan sampel limbah tahu.
IV.
PROSEDUR PERCOBAAN
A. Standarisasi
Larutan NaOH 0,1 N
1.
Diambil 25 ml
asam oksalat.
2.
Ditambahkan 4
tetes indikator fenolphtalein 0,035%.
3.
Dititrasi dengan
NaOH 0,1 N sampai berubah menjadi warna merah muda dan mencatat banyaknya
larutan NaOH yang digunakan.
B. Standarisasi
Larutan HCl 0,1N
1.
Diambil 25 ml
natrium tetra borat.
2.
Ditambahkan 5
tetes indikator metal orange 0,1%.
3.
Dititrasi dengan
HCl 0,1N sampai berwarna orange dan
mencatat HCl yang digunakan.
C. Pengukur
Asidi Alkalinitas
1.
Diambil 25 ml
sampel limbah imdustri.
2.
Ditambahkan 5
tetes indikator fenolphtalein.
3.
Dititrasi dengan
NaOH 0,1 N sampai berwarna merah.
·
Asiditas
a.
Ditambahkan 3
tetes metal orange 0,1 %.
b.
Dititrasi dengan
HCl 0,1 N hingga berwarna orange dan dicatat banyaknya larutan HCl yang
digunakan.
·
Alkalinitas
a.
Dititrasi dengan
larutan HCl 0,1 N sampai cairan tidak berwarna dan mencatat banyaknya larutan
HCl 0,1 N yang digunakan.
b.
Ditambahkan 3-5
tetes indikator metal orange 0,1%.
c.
Dititrasi dengan
larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna menjadi orange dan mencatat banyaknya larutan HCl yang digunakan.
D. Pengukur
Asidi Alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991
1.
Asiditas Metil Orange (pH air < 4,3)
a.
Diambil 25 ml
sampel limbah industri.
b.
Ditambahkan 3
tetes metil orange.
c.
Dititrasi dengan
NaOH 0,1 N sampai berwarna orange dan
mencatan banyaknya larutan NaOH yang digunakan.
2.
Asiditas Total
(pH air < 8,3)
a.
Diambil 25 ml sampel
limbah industri.
b.
Ditambahkan 2
tetes indikator fenolphtalein.
c.
Dititrasi dengan
NaOH 0,1 N sampai berwarna merah muda dan dicatat banyaknya larutan NaOH yang
digunakan.
3.
Alkalinitas
Fenolphtalein
a.
Diambil 25 ml
sampel limbah industri.
b.
Ditambahkan 3
tetes indikator fenolphtalein.
c.
Dititrasi dengan
NaOH sampai berwarna merah muda
d.
Dititrasi dengan
HCl
e.
dicatat
perubahan warna dan volume yang digunakan masing-masing titrasi.
4.
Alkalinitas
Total
a.
Diambil 25 ml
sampel limbah industri tahu.
b.
Ditambahkan 3
tetes indikator fenolftalein.
c.
Dititrasi dengan
NaOH sampai berwarna merah muda
d.
Dititrasi dengan
HCl
e.
Ditambahkan 3
tetes indikator metil orange
f.
Dititrasi
kembali dengan HCl
g.
Mencatat
perubahan warna dan volume yang digunakan tiap-tiap titrasi.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
1.
Standarisasi
larutan NaOH 0,1 N
Tabel 1. Hasil
pengamatan standarisasi larutan NaOH 0,1 N
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil
|
1.
|
Diambil 5 ml larutan asam oxalat
|
|
2.
|
Ditambahkan 2 teteas indikator PP 0,035%
|
Larutan berwarna bening
|
Tabel 2. Hasil pengamatan titrasi dengan larutan NaOH
0,1 N
Titrasi ke-
|
Volume Asam Oxalat
|
Volume NaOH
|
Perubahan warna
|
1
|
5 ml
|
11,4 ml
|
Bening – merah muda
|
2
|
5 ml
|
10,6 ml
|
Bening – merah muda
|
Rata-rata
|
5 ml
|
11,0 ml
|
-
|
2.
Stadarisasi
larutan HCl 0,1 N
Tabel 1.
Hasil pengamatan standarisasi larutan HCl 0,1 N
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil
|
1.
|
Diambil 5 ml larutan natrium tetra borat 0,1 N
|
|
2.
|
Ditambahkan 2 teteas indikator metil orange 0,1%
|
Larutan berwarna kuning
|
Tabel 2. Hasil pengamatan titrasi dengan larutan HCl
0,1 N
Titrasi ke-
|
Volume Natrium Tetra Borat
|
Volume HCl 0,1N
|
Perubahan warna
|
1
|
5 ml
|
11,6 ml
|
Kuning – merah muda
|
2
|
5 ml
|
11,6 ml
|
Kuning – merah muda
|
Rata-rata
|
5 ml
|
11,6 ml
|
-
|
3.
Pengukur asidi
alkalinitas
Tabel 1.
Hasil pengamatan pengukur asiditas
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Diambil sampel limbah
tahu 25 ml
|
|
2.
|
Sampel limbah tahu
setelah ditetesi indikator fenolftalein
|
Berwarna putih
|
3.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan NaOH
|
Berwarna merah muda
|
4.
|
Sampel limbah tahu
setelah ditetesi indikator metil orange
|
Berwarna jingga muda keruh
|
5.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan HCl
|
Berwarna kuning kejinggaan keruh
|
Tabel 2. Hasil
pengamatan asiditas yang dititrasi dengan larutan NaOH
Titrasi ke-
|
Volume Limbah Tahu
|
Volume NaOH
|
Perubahan warna
|
1
|
25 ml
|
12 ml
|
Putih keruh – merah muda
|
2
|
25 ml
|
7,6 ml
|
Putih keruh – merah muda
|
Rata-rata
|
25 ml
|
9,8 ml
|
-
|
Tabel
3 . Hasil pengamatan asiditas yang dititrasi dengan HCl
Titrasi ke-
|
Volume Limbah Tahu
|
Volume HCl
|
Perubahan warna
|
1
|
25 ml
|
4,4 ml
|
Jingga muda keruh – kuning kejinggaan keruh
|
2
|
25 ml
|
2,0 ml
|
Jingga muda
keruh– kuning kejinggaan keruh
|
Rata-rata
|
25 ml
|
3,2 ml
|
-
|
Tabel
4. Hasil pengamatan alkalinitas
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Diambil sampel limbah
tahu 25 ml
|
|
2.
|
Sampel limbah tahu
setelah ditetesi indikator fenolphtalein
|
Berwarna putih
|
3.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan NaOH
|
Berwarna merah muda
|
4.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan HCl
|
Tidak berwarna
|
5.
|
Sampel limbah tahu
setelah ditetesi indikator metil orange
|
Berwarna agak orange
|
6.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan HCl
|
Berwarna lebih orange
|
Tabel 5. Hasil
pengamatan alkalinitas yang dititrasi dengan larutan NaOH
Titrasi
ke...
|
Volume
sampel limbah tahu
|
Volume
NaOH
|
Perubahan
warna
|
1
|
25
ml
|
8
ml
|
Putih - merah muda
|
2
|
25
ml
|
7,9
ml
|
Putih - merah muda
|
Rata-rata
|
25
ml
|
7,95
ml
|
-
|
Tabel 6. Hasil
pengamatan asiditas yang dititrasi dengan larutan HCl (1)
Titrasi
ke...
|
Volume
sampel limbah tahu
|
Volume
HCl
|
Perubahan
warna
|
1
|
25
ml
|
2,8
ml
|
Merah muda-tidak
berwarna
|
2
|
25
ml
|
2,6
ml
|
Merah muda-tidak
berwarna
|
Rata-rata
|
25
ml
|
2,7
ml
|
-
|
Tabel 7. Hasil
pengamatan asiditas yang dititrasi dengan larutan HCl (2)
Titrasi
ke...
|
Volume
sampel limbah tahu
|
Volume
HCl
|
Perubahan
warna
|
1
|
25
ml
|
4,7
ml
|
Tidak berwarna-orange
|
2
|
25
ml
|
7,1
ml
|
Tidak berwarna-orange
|
Rata-rata
|
25
ml
|
5,9
ml
|
-
|
4.
Pengukuran asidi
alkalinitas beradasarkan SNI 06-2422-1991
Tabel 1.
Hasil pengamatan asiditas metil orange
(pH air < 4,3)
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil
|
1.
|
Diambil 25 ml sampel limbah tahu
|
Larutan berwarna putih keruh
|
2.
|
Ditambahkan 3 tetes metil orange
|
Larutan berwarna orange
muda keruh
|
Tabel
2. Hasil pengamatan titrasi dengan NaOH 0,1 N s
Titrasi ke-
|
Volume sampel
|
Volume NaOH
|
Perubahan warna
|
1
|
25 ml
|
8,8 ml
|
Orange muda keruh – orange
|
2
|
25 ml
|
10,2 ml
|
Orange muda keruh – orange
|
Rata-rata
|
25 ml
|
9,5 ml
|
-
|
Tabel
3. Hasil pengamatan asiditas total (pH air < 8,3)
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil
|
1.
|
Diambil 25 ml sampel limbah tahu
|
Larutan berwarna putih keruh
|
2.
|
Ditambahkan 2 tetes indikator fenolphtalein
|
Larutan berwarna putih keruh
|
Tabel
4. Hasil pengamatan titrasi dengan NaOH
Titrasi ke-
|
Volume sampel
|
Volume NaOH
|
Perubahan warna
|
1
|
25 ml
|
19 ml
|
Putih keruh – merah muda
|
2
|
25 ml
|
15,6 ml
|
Putih keruh – merah muda
|
Rata-rata
|
25 ml
|
17,3 ml
|
-
|
Tabel
5. Hasil pengamatan alkalinitas fenophtalein
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Diambil sampel limbah
tahu 25 ml
|
Berwarna putih keruh
|
2.
|
Sampel limbah tahu setelah
ditetesi indikator penolphtalein
|
Berwarna putih keruh
|
3.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan NaOH
|
Berwarna merah muda
|
4.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan HCl
|
Berwarna kuning
|
Tabel 6. Hasil
pengamatan alkalinitas fenolftalein yang dititrasi dengan larutan NaOH
Titrasi
ke...
|
Volume
sampel limbah tahu
|
Volume
NaOH
|
Perubahan
warna
|
1
|
25
ml
|
8
ml
|
Putih-merah muda
|
2
|
25
ml
|
8,6
ml
|
Putih-merah muda
|
Rata-rata
|
25
ml
|
8,3
ml
|
-
|
Tabel 7. Hasil
pengamatan alkalinitas fenolftalein yangdititrasi dengan larutan HCl
Titrasi
ke...
|
Volume
sampel limbah tahu
|
Volume
HCl
|
Perubahan
warna
|
1
|
25
ml
|
1,2
ml
|
Merah muda-kuning
|
2
|
25
ml
|
2
ml
|
Merah muda-kuning
|
Rata-rata
|
25
ml
|
1,6
ml
|
-
|
Tabel 8. Hasil
pengamatan alkalinitas total
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Diambil sampel limbah
tahu 25 ml
|
Berwarna putih keruh
|
2.
|
Sampel limbah tahu setelah
ditetesi indikator fenolftalein
|
Berwarna putih keruh
|
3.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan NaOH
|
Berwarna merah muda
|
4.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan HCl
|
Berwarna kuning
|
5.
|
Sampel limbah tahu
setelah ditetesi indikator metil orange
|
Berwarna kuning muda
|
6.
|
Sampel limbah tahu
setelah dititrasi dengan larutan HCl
|
Berwarna orange
|
Tabel 9. Hasil
pengamatan alkalinitas total yang dititrasi dengan larutan NaOH
Titrasi
ke...
|
Volume
sampel limbah tahu
|
Volume
NaOH
|
Perubahan
warna
|
1
|
25
ml
|
8,6
ml
|
Putih-merah muda
|
2
|
25
ml
|
9,6
ml
|
Putih-merah muda
|
Rata-rata
|
25
ml
|
9,1
ml
|
-
|
Tabel 10. Hasil pengamatan alkalinitas total yang
dititrasi dengan larutan HCl (1)
Titrasi
ke...
|
Volume
sampel limbah tahu
|
Volume
HCl
|
Perubahan
warna
|
1
|
25
ml
|
2,8
ml
|
Merah muda-kuning
|
2
|
25
ml
|
1
ml
|
Merah muda-kuning
|
Rata-rata
|
25
ml
|
1,9
ml
|
-
|
Tabel 11. Hasil
pengamatan alkalinitas total yang dititrasi dengan larutan HCl (2)
Titrasi
ke...
|
Volume
sampel limbah tahu
|
Volume
HCl
|
Perubahan
warna
|
1
|
25
ml
|
9,2
ml
|
Kuning muda-orange
|
2
|
25
ml
|
10
ml
|
Kuning muda-orange
|
Rata-rata
|
25
ml
|
9,6
ml
|
-
|
Perhitungan
1.
Standarisasi
larutan NaOH
Diketahui: Vasam
oksalat = 5 ml
V
NaOH = 11 ml
Nasam
oksalat = 0,1N
Ditanya: NNaOH?
(V × N)asam oksalat = (V × N)NaOH
(5 × 0,1) =
(11 × N)
0,5 =
11 N
NNaOH =
0,045N
2.
Standarisasi
larutan HCl
Diketahui: Vnatrium
tetra borat = 5 ml
Nnatrium
tetra borat = 0,1 N
VHCl = 11,6 ml
Ditanya: NHCl?
(V × N)natrium tetra borat = (V × N)HCl
(5 × 0,1) =
(11,6 × N)
0,5 =
11,6 N
NHCl =
0,043 N
3.
Perhitungan asiditas
Diketahui: V NaOH (
) = 8,8 ml
V
HCl (
) = 3,2 ml
V
sampel = 25 ml
N
NaOH = 0,045 N
N
HCl = 0,043 N
Ditanya: kandungan
air = ?
Jawab:
,
maka air mengandung H+ dan
CO2
H+ = 
= 
= 9,376 mg/l
CO2 = 
= 
= 253,44 mg/l
4.
Perhitungan alkalinitas
Diketahui: V HCl (
) = 2,7 ml
V HCl (
) = 5,9 ml
V sampel = 25 ml
N
HCl = 0,043 N
Ditanya: kandungan
air = ?
Jawab:
,
maka air mengandung CO32+
dan HCO-
CO32+ = 
= 
= 278,64 mg/l
CO2 = 
= 
= 335,744 mg/l
5.
Pengukur
asidi-alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991
a.
Asiditas metil orange (pH air < 4,3)
Diketahui: Vtitrasi NaOH =
9,5 ml
V
sampel = 25 ml
NNaOH = 0,045 N
Ditanya: asiditas
metil orange = ?
Jawab: asiditas
metil orange (mg/l CaCO3)
=

= 
= 213,75 mg/l
CaCO3
b.
Asiditas total (pH air
< 8,3)
Diketahui: Vtitrasi NaOH =
17,3 ml
V
sampel = 25 ml
NNaOH = 0,045 N
Ditanya: asiditas
total = ?
Jawab:
asiditas total = 
= 
=
389,25 mg/l CaCO3
c.
Alkalinitas
fenolftalein
Diketahui: Vtitrasi HCl =
1,6 ml
V
sampel =
25 ml
NHCl = 0,043
N
Ditanya: alkalinitas
fenolftalein = ?
Jawab:
alkalinitas fenolftalein = 
= 
= 34,4 mg/l
CaCO3
d.
Alkalinitas total
Diketahui: Vtitrasi HCl =
9,6 ml
V
sampel = 25 ml
NHCl = 0,043 N
Ditanya: alkalinitas
total = ?
Jawab:
alkalinitas total = 
= 
= 206,4 mg/l
CaCO3
B.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, praktikan melakukan percobaan asidi-alkalinitas
terhadap sampel limbah industri tahu. Proses asidi alkalinitas merupakan
nalisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara
sampel dengan larutan standar. Prinsip
titrasi asidi alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
suatu senyawa dengan cara mereaksikannya dengan suatu larutan baku yang sudah
diketahui konsentrasinya dengan tepat
Asiditas merupakan banyaknya baa yang digunakan untuk menetralkan larutan
bersifat asam, sedangkan alkalinitas me rupakan banyaknya asam yang digunakan
untuk menetralkan larutan bersifat basa. Asidi-alkalinitas biasanya menggunakan
metode titrasi.
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang
tidak dikenal. Standarisasi merupakan
suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu
larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar
dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi
(konsentrasi diketahui dari massa-volume larutan), contohnya natrium karbonat,
natrium tetraborat (boraks), asam oksalat, dan asam benzoat. Pada percobaan
ini, praktikan menggunakan asam oksalat (H2C2O4)
dan natrium tetraborat (Na2B4O7.2H2O)
sebagai larutan standar primer. Larutan standar sekunder adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi,
contohnya asam klorida, asam sulfat, dan natrium hidroksida. Praktikan
menggunakan asam klorida dan natrium hidroksida sebagai larutan standar
sekunder.
1.
Standarisasi
larutan NaOH
Pada percobaan ini, praktikan melakukan proses standarisasi terhadap
larutan NaOH yang berperan sebagai titran. Asam oksalat dimasukkan sebanyak 5
ml kedalam erlenmeyer menggunakan pipet volumetri. Kemudian asam oksalat
ditetesi indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes.
Indikator asam-basa merupakan zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah, sehingga indikator digunakan sebagai penentu sifat dan
pH larutan. Indikator fenolftalein merupakan indikator yang biasanya digunakan pada larutan bersifat basa.
Trayek indikator fenolftalein yaitu 8,0 – 9,6 sehingga sangat baik digunakan
pada larutan asam oksalat yang akan dititrasi dengan larutan NaOH. Indikator
fenolftalein akan berwarna bening jika pH kurang dari 8 dan akan berwarna merah
pada pH diatas 8, namun akan berubah keunguan saat pH diatas 10-13.
Larutan asam oksalat yang ditetesi indikator fenolftalein dititrasi
dengan larutan NaOH. Larutan tersebut berubah warna dari bening menjadi merah
muda. Hal ini menandakan pH larutan lebih dari 8,0. Dari proses standarisasi
ini diperoleh konsentrasi larutan NaOH, yaitu sebesar 0,045N.
2.
Standarisasi
larutan HCl
Pada percobaan ini, praktikan melakukan proses standarisasi terhadap
larutan HCl yang berperan sebagai titran. Natrium tetraborat atau biasa disebut
boraks dimasukkan sebanyak 5 ml kedalam erlenmeyer menggunakan pipet volumetri.
Kemudian natrium tetraborat ditetesi indikator metil orange sebanyak 2 tetes.
Indikator metil orange
merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih
larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil orange sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa.
Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam
keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil orange digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat,
menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik.
Larutan natrium tetraborat yang ditetesi indikator metil orange dititrasi dengan larutan HCl.
Larutan tersebut berubah warna dari kuning menjadi merah muda. Hal ini
menandakan pH larutan antara 3,1 – 4,4. Dari proses standarisasi ini diperoleh
konsentrasi larutan HCl, yaitu sebesar 0,043N.
3.
Pengukuran asidi
alkalinitas
Pada percobaan ini, praktikan menggunakan sampel limbah industri tahu
sebagai sampel air yang digunakan pada proses asidi alkalinitas. Limbah cair
tahu mengandung asam cuka sisa proses penggumpalan tahu sehingga limbah cair
tahu bersifat asam. Limbah cair tahu berwarna kuning muda dan disertai suspensi
warna putih.
a.
Asiditas
Asiditas merupakan banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan
larutan yang bersifat asam. Pada percobaan ini, sampel limbah tahu dititrasi
dengan NaOH setelah ditetesi dengan indikator fenolftalein sebanyak 5 tetes. Pada
titrasi NaOH dilkaukan 2 kali pengulangan. Pada titrasi 1 dan 2, larutan
berubah warna menjadi merah muda dengan volume NaOH yang digunakan berturut-turut
sebanyak 12 ml dan 7,6 ml sehingga volume
rata-rata NaOH yang digunakan sebesar 9,8 ml. Sampel berarti larutan memiliki
pH diatas 8,0.
Dari titrasi tersebut, larutan sampel kembali dititrasi dengan HCl
setelah ditetesi indikator metil orange
sebanyak 3 tetes. Titrasi dengan HCl dilakukan 2 kali pengulangan. Pada titrasi
1dan 2, larutan berubah warna menjadi kuning keruh kejinggaan Hal ini
menandakan bahwa larutan berada pada trayek pH 4,4
pada volume rata-rata HCl 3,2 ml. Perhitungn asiditas didapatkan nilai sebesar
253,44 mg/l CaCO3.
b.
Alkalinitas
Untuk mengukur alkalinitas, praktikan mengambil 25 ml sampel limbah tahu
yang ditetesi dangan indikator fenolftalein sebanyak 5 tetes dan mentitrasinya
denganlarutan NaOH. Sampel yang dititrasi dengan NaOH menghasilkan warna merah
muda dengan volume rata-rata 7,95 ml. setelah itu, larutan dititrasi dengan HCl
sebanyak 2,7 ml dan menghasilkan sampel yang tidak berwarna. Kemudian sampel
ditetesi dengan indikator metil orange
dan mentitrasi sampel dengan HCl sebanyak 5,9 ml dan menghasilkan warna orange. Dari perhitungan alkalinitas
diperoleh nilai 355,744 mg/l.
4.
Pengukur asidi
alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991
Pengukuran asidi alkalinitas berdasarkan SNI
06-2422-1991 dilakukan untuk mendapatkan nilai yang sudah distandarkan oleh
Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengukuran ini dilakukan untuk menetapkan kadar
asidi-alkalinitas suatu limbah yang akan dilepas ke lingkungan. Pengukuran dilakukan dengan empat
prosedur kerja, yaitu untuk pengukuran asiditas metil orange (pH air < 4,3), asiditas total (pH air <8,3),
alkalinitas fenolftalein, dan alkalinitas total.
a.
Asiditas metil orange (pH air < 4,3)
Pada percobaan ini, sampel limbah industri tahu sebanyak 25 ml dilakukan
asiditas dengan pH kurang dari 4,3 sehingga menggunakan indikator metil orange. Limbah tahu ditetesi metil orange sebanyak 3 tetes menyebabkan
perubahan warna larutan dari putih keruh menjadi orange muda. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH
sebanyak 2 kali pengulangan. Pada titrasi 1 dan 2 larutan berubah warna menjadi
orange dengan volume rata-rata NaOH yang digunakan sebanyak 9,5 ml. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan memliki pH < 4,3. Dari perhitungan asiditas,
diperoleh hasil 213,75 mg/l
CaCO3.
b.
Asiditas total
(pH air < 8,3)
Asiditas total juga diukur dengan menggunakan 25 ml
sampel limbah
tahu yang ditambahkan 2
tetes indikator fenolftalein. Kemudian sampel dititrasi dengan larutan NaOH hingga larutan
berubah
warna menjadi merah muda.
Pada percobaan ini, volume rata-rata larutan NaOH yang digunakan
untuk titrasi sebanyak 17,3 ml. Dari perhitungan didapatkan
nilai asiditas total sebesar 389,25 mg/l CaCO3.
c.
Alkalinitas
fenolftalein
Pada percobaan ini, digunakan lagi 25 ml sampel limbah tahu dengan menambahkan 3 tetes
indikator fenolftalein dan warna sampel limbah tahu tetap putih keruh. Kemudian sampel dititrasi dengan larutan
NaOH sebanyak 8,3 ml sehingga warna sampel berubah menjadi merah muda. Setelah itu, sampel limbah tahu dititrasi dengan larutan
HCl sebanyak 1,6 ml dengan perubahan warna menjadi kuning keruh. Dengan volume titrasi
tersebut, pada perhitungan didapatkan nilai
alkalinitas fenolftalein sebesar 34,4
mg/l CaCO3
d.
Alkalinitas
total
Untuk mengukur
alkalinitas total digunakan 25 ml sampel limbah yang kemudian ditambahkan 3
tetes indikator
fenolftalein dan mentitrasi sampel dengan NaOH sebanyak 9,1 ml sehingga larutan
menjadi berwarna merah muda. Setelah itu, sampel dititrasi dengan HCl sebanyak 1,9 ml hingga sampel berubah warna menjadi
kuning keruh. Setelah sampel dititrasi dengan HCl, sampel ditetesi dengan metil
orange dan dititrasi kembali dengan
HCl hingga sampel berubah menjadi
warna jingga, dan tercatat volume rata-rata HCl
yang digunakan adalah sebanyak 9,6 ml. Dan dari perhitungan didapatkan nilai
alkalinitas total sebesar 206,4
mg/l CaCO3.
VI.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Asiditas adalah
banyaknya basa yang digunakan untuk menetralkan asam pada air, sedangkan
alkalinitas adalah banyaknya asam yang digunakan untu menetralkan basa pada
air.
2.
Nilai asiditas
dan alkalinitas pada percobaan ini berturut-turut yaitu 253,44 mg/l CaCO3 dan
355,744 mg/l.
3.
Ada empat
pengukuran asiditas dan alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991, yaitu pengukuran asiditas metil orange (pH air < 4,3) menghasilkan 213,75 mg/l
CaCO3, asiditas total
(pH air <8,3)
menghasilkan 389,25 mg/l CaCO3,
alkalinitas fenolftalein menghasilkan 34,4 mg/l CaCO3, dan alkalinitas total menghasilkan 206,4 mg/l
CaCO3.
Daftar Pustaka
Day, R. A. & Underwood.
1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Gandjar, I. G. & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar,
Yogyakarta.
Harjadi. 1990. Ilmu
Kimia Analitik Dasar. Gramedia Jakarta
Keenan. 1991. Ilmu
Kimia Universitas. Erlangga, Jakarta.
Suirta, I W. 2010. SINTESIS SENYAWA orto-FENILAZO-2-NAFTOL SEBAGAI
INDIKATOR DALAM TITRASI. Jurnal Kimia,
4(1): 27-34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar