Sabtu, 11 Maret 2017

Laporan Asidi Alkalinitas


Hallo Guys :) this is my first time and my first experience make a blog  :)))
jadi untuk posting-an pertama, aku pengen nge-share salah satu hasil kerja keras ku pas jadi Maba semester satu wkwkwk



LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA LINGKUNGAN
PERCOBAAN 4
ASIDI ALKALINITAS





NAMA              : NADIEDA HAMATHA
NIM                   : 1610815220018
KELOMPOK   : IX
ASISTEN          : GRAFINA WAHYULIANI











PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK

2016
PERCOBAAN 4
ASIDI ALKALINITAS
I.              TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar asidi alkalinitas pada suatu sampel air.
II.           TINJAUAN PUSTAKA 
Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.analisis kuantitatif yang paling sering ditetapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan mentitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsetrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidimetri dan alkalimetri (Keenan, 1991).
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sedangkan alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa bersifat asam dengan menggunakan baku basa (Gandjar, 2007).
 Asidimetri dan alkalimetri yaitu dua macam kelompok dari titrasi netralisasi. Asidimetri dan alkalimetri sering juga disebut dengan titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri (Basset, 1994). Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa  dengan larutan standar asam. Titrasi alkalimetri adalah titrasi larutan yang bersifat asam dengan larutan standar basa (Harjadi, 1990).
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi (Day & Underwood, 1999).
Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam basa (Suirta, 2010).
Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir . Air asam biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas biasanya merupakan hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua contributor utama CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel (Mindriany, 1994)
Istilah asam mineral bebas (free mineral acid) adalah asam kuat seperti H2SO4 dan HCl di dalam air. Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir phenolphtalein (pH 8,2). Asam mineral bebas ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange (pH 4,3). Karakter asam dari ion-ion logam asam, dan biasanya beberapa merupakan asam kuat (Mindriany, 1994).
Berikut ini beberapa contoh indikator yang digunakan dalam titrasi asam-basa:
1.             Indikator metil merah merupakan senyawa organik yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2. Senyawa ini banyak digunakan untuk titrasi asam-basa. Berwarna merah saat pH dibawah 4,4 dan berwarna kuning saat pH diatas 6,2.
2.             Indikator PP, digunakan untuk mengetahui proses pentitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan. Indikator PP dengan range pH 8,0 – 9,6 merupakan indikator baik untuk larutan basa (Damin, 2008).
3.             Metil jingga merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik (Suirta, 2010).
III.        ALAT DAN BAHAN
A.      ALAT
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet volumetri, pipiet tetes, gelas bekker, dan labu erlenmeyer.
B.       BAHAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan NaOH, larutan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1N, larutan HCl, larutan natrium tetra borat 0,1N, indikator fenolphtalein 0,035 %, akuades, etanol, indikator metal orange 0,1 %, dan sampel limbah tahu.
IV.        PROSEDUR PERCOBAAN
A.      Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
1.         Diambil 25 ml asam oksalat.
2.         Ditambahkan 4 tetes indikator fenolphtalein 0,035%.
3.         Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah menjadi warna merah muda dan mencatat banyaknya larutan NaOH yang digunakan.
B.       Standarisasi Larutan HCl 0,1N
1.         Diambil 25 ml natrium tetra borat.
2.         Ditambahkan 5 tetes indikator metal orange 0,1%.
3.         Dititrasi dengan HCl 0,1N sampai berwarna orange dan mencatat HCl yang digunakan.
C.      Pengukur Asidi Alkalinitas
1.         Diambil 25 ml sampel limbah imdustri.
2.         Ditambahkan 5 tetes indikator fenolphtalein.
3.         Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah.
·           Asiditas
a.       Ditambahkan 3 tetes metal orange 0,1 %.
b.      Dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga berwarna orange  dan dicatat banyaknya larutan HCl yang digunakan.
·           Alkalinitas
a.         Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan tidak berwarna dan mencatat banyaknya larutan HCl 0,1 N yang digunakan.
b.        Ditambahkan 3-5 tetes indikator metal orange 0,1%.
c.         Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna menjadi orange dan mencatat banyaknya larutan HCl yang digunakan.
D.      Pengukur Asidi Alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991
1.         Asiditas Metil Orange (pH air < 4,3)
a.         Diambil 25 ml sampel limbah industri.
b.        Ditambahkan 3 tetes metil orange.
c.         Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna orange dan mencatan banyaknya larutan NaOH yang digunakan.
2.         Asiditas Total (pH air < 8,3)
a.       Diambil 25 ml sampel limbah industri.
b.      Ditambahkan 2 tetes indikator fenolphtalein.
c.       Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah muda dan dicatat banyaknya larutan NaOH yang digunakan.
3.         Alkalinitas Fenolphtalein
a.         Diambil 25 ml sampel limbah industri.
b.        Ditambahkan 3 tetes indikator fenolphtalein.
c.         Dititrasi dengan NaOH sampai berwarna merah muda
d.        Dititrasi dengan HCl
e.         dicatat perubahan warna dan volume yang digunakan masing-masing titrasi.
4.         Alkalinitas Total
a.         Diambil 25 ml sampel limbah industri tahu.
b.        Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein.
c.         Dititrasi dengan NaOH sampai berwarna merah muda
d.        Dititrasi dengan HCl
e.         Ditambahkan 3 tetes indikator metil orange
f.         Dititrasi kembali dengan HCl
g.        Mencatat perubahan warna dan volume yang digunakan tiap-tiap titrasi.
V.           HASIL DAN PEMBAHASAN
A.           HASIL
1.             Standarisasi larutan NaOH 0,1 N
Tabel 1. Hasil pengamatan standarisasi larutan NaOH 0,1 N
No.
Langkah Percobaan
Hasil
1.
Diambil 5 ml larutan asam oxalat

2.
Ditambahkan 2 teteas indikator PP 0,035%
Larutan berwarna bening
Tabel 2. Hasil pengamatan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
Titrasi ke-
Volume Asam Oxalat
Volume NaOH
Perubahan warna
1
5 ml
11,4 ml
Bening – merah muda
2
5 ml
10,6 ml
Bening – merah muda
Rata-rata
5 ml
11,0 ml
-
2.             Stadarisasi larutan HCl 0,1 N
Tabel 1. Hasil pengamatan standarisasi larutan HCl 0,1 N
No.
Langkah Percobaan
Hasil
1.
Diambil 5 ml larutan natrium tetra borat 0,1 N

2.
Ditambahkan 2 teteas indikator metil orange 0,1%
Larutan berwarna kuning
Tabel 2. Hasil pengamatan titrasi dengan larutan HCl 0,1  N

Titrasi ke-
Volume Natrium Tetra Borat
Volume HCl 0,1N

Perubahan warna
1
5 ml
11,6 ml
Kuning – merah muda
2
5 ml
11,6 ml
Kuning – merah muda
Rata-rata
5 ml
11,6 ml
-
3.             Pengukur asidi alkalinitas
Tabel 1. Hasil pengamatan pengukur asiditas
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Diambil sampel limbah tahu 25 ml

2.
Sampel limbah tahu setelah ditetesi indikator fenolftalein
Berwarna putih
3.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan NaOH
Berwarna merah muda
4.
Sampel limbah tahu setelah ditetesi indikator metil orange
Berwarna jingga muda keruh
5.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan HCl
Berwarna kuning kejinggaan keruh
Tabel 2.    Hasil pengamatan asiditas yang dititrasi dengan larutan NaOH
Titrasi ke-
Volume Limbah Tahu
Volume NaOH
Perubahan warna
1
25 ml
12 ml
Putih keruh – merah muda
2
25 ml
7,6 ml
Putih keruh – merah muda
Rata-rata
25 ml
9,8 ml
-
Tabel 3 . Hasil pengamatan asiditas yang dititrasi dengan HCl
Titrasi ke-
Volume Limbah Tahu
Volume HCl
Perubahan warna
1
25 ml
4,4 ml
Jingga muda keruh – kuning kejinggaan keruh
2
25 ml
2,0 ml
 Jingga muda keruh– kuning kejinggaan keruh
Rata-rata
25 ml
3,2 ml
-
Tabel 4. Hasil pengamatan alkalinitas
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Diambil sampel limbah tahu 25 ml

2.
Sampel limbah tahu setelah ditetesi indikator fenolphtalein
Berwarna putih
3.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan NaOH
Berwarna merah muda
4.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan HCl
Tidak berwarna
5.
Sampel limbah tahu setelah ditetesi indikator metil orange
Berwarna agak orange
6.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan HCl
Berwarna lebih orange
Tabel 5.    Hasil pengamatan alkalinitas yang dititrasi dengan larutan NaOH
Titrasi ke...
Volume sampel limbah tahu
Volume NaOH
Perubahan warna
1
25 ml
8 ml
Putih - merah muda
2
25 ml
7,9 ml
Putih - merah muda
Rata-rata
25 ml
7,95 ml
-
Tabel 6.    Hasil pengamatan asiditas yang dititrasi dengan larutan HCl (1)
Titrasi ke...
Volume sampel limbah tahu
Volume HCl
Perubahan warna
1
25 ml
2,8 ml
Merah muda-tidak berwarna
2
25 ml
2,6 ml
Merah muda-tidak berwarna
Rata-rata
25 ml
2,7 ml
-
Tabel 7.    Hasil pengamatan asiditas yang dititrasi dengan larutan HCl (2)
Titrasi ke...
Volume sampel limbah tahu
Volume HCl
Perubahan warna
1
25 ml
4,7 ml
Tidak berwarna-orange
2
25 ml
7,1 ml
Tidak berwarna-orange
Rata-rata
25 ml
5,9 ml
-
4.             Pengukuran asidi alkalinitas beradasarkan SNI 06-2422-1991
Tabel 1. Hasil pengamatan asiditas metil orange (pH air < 4,3)
No.
Langkah Percobaan
Hasil
1.
Diambil 25 ml sampel limbah tahu
Larutan berwarna putih keruh
2.
Ditambahkan 3 tetes metil orange
Larutan berwarna orange muda keruh
Tabel 2. Hasil pengamatan titrasi dengan NaOH 0,1 N s
Titrasi ke-
Volume sampel
Volume NaOH
Perubahan warna
1
25 ml
8,8 ml
Orange muda keruh – orange
2
25 ml
10,2 ml
Orange muda keruh – orange
Rata-rata
25 ml
9,5 ml
-
Tabel 3. Hasil pengamatan asiditas total (pH air < 8,3)
No.
Langkah Percobaan
Hasil
1.
Diambil 25 ml sampel limbah tahu
Larutan berwarna putih keruh
2.
Ditambahkan 2 tetes indikator fenolphtalein
Larutan berwarna putih keruh
Tabel 4. Hasil pengamatan titrasi dengan NaOH
Titrasi ke-
Volume sampel
Volume NaOH
Perubahan warna
1
25 ml
19 ml
Putih keruh – merah muda
2
25 ml
15,6 ml
Putih keruh – merah muda
Rata-rata
25 ml
17,3 ml
-
Tabel 5. Hasil pengamatan alkalinitas fenophtalein
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Diambil sampel limbah tahu 25 ml
Berwarna putih keruh
2.
Sampel limbah tahu setelah ditetesi indikator penolphtalein
Berwarna putih keruh
3.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan NaOH
Berwarna merah muda
4.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan HCl
Berwarna kuning
Tabel 6.    Hasil pengamatan alkalinitas fenolftalein yang dititrasi dengan larutan NaOH
Titrasi ke...
Volume sampel limbah tahu
Volume NaOH
Perubahan warna
1
25 ml
8 ml
Putih-merah muda
2
25 ml
8,6 ml
Putih-merah muda
Rata-rata
25 ml
8,3 ml
-
Tabel 7.    Hasil pengamatan alkalinitas fenolftalein yangdititrasi dengan larutan HCl
Titrasi ke...
Volume sampel limbah tahu
Volume HCl
Perubahan warna
1
25 ml
1,2 ml
Merah muda-kuning
2
25 ml
2 ml
Merah muda-kuning
Rata-rata
25 ml
1,6 ml
-
Tabel 8.      Hasil pengamatan alkalinitas total
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Diambil sampel limbah tahu 25 ml
Berwarna putih keruh
2.
Sampel limbah tahu setelah ditetesi indikator fenolftalein
Berwarna putih keruh
3.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan NaOH
Berwarna merah muda
4.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan HCl
Berwarna kuning
5.
Sampel limbah tahu setelah ditetesi indikator metil orange
Berwarna kuning muda
6.
Sampel limbah tahu setelah dititrasi dengan larutan HCl
Berwarna orange
Tabel 9.    Hasil pengamatan alkalinitas total yang dititrasi dengan larutan NaOH
Titrasi ke...
Volume sampel limbah tahu
Volume NaOH
Perubahan warna
1
25 ml
8,6 ml
Putih-merah muda
2
25 ml
9,6 ml
Putih-merah muda
Rata-rata
25 ml
9,1 ml
-
Tabel 10. Hasil pengamatan alkalinitas total yang dititrasi dengan larutan HCl (1)
Titrasi ke...
Volume sampel limbah tahu
Volume HCl
Perubahan warna
1
25 ml
2,8 ml
Merah muda-kuning
2
25 ml
1 ml
Merah muda-kuning
Rata-rata
25 ml
1,9 ml
-
Tabel 11.  Hasil pengamatan alkalinitas total yang dititrasi dengan larutan HCl (2)
Titrasi ke...
Volume sampel limbah tahu
Volume HCl
Perubahan warna
1
25 ml
9,2 ml
Kuning muda-orange
2
25 ml
10 ml
Kuning muda-orange
Rata-rata
25 ml
9,6 ml
-
Perhitungan
1.             Standarisasi larutan NaOH
Diketahui:         Vasam oksalat      = 5 ml
                          V NaOH       = 11 ml
                          Nasam oksalat      = 0,1N
Ditanya:            NNaOH?
(V × N)asam oksalat = (V × N)NaOH
(5 × 0,1)                        = (11 × N)
0,5                                 = 11 N
NNaOH                             = 0,045N
2.             Standarisasi larutan HCl
Diketahui:         Vnatrium tetra borat         = 5 ml
                          Nnatrium tetra borat         = 0,1 N
                          VHCl                            = 11,6 ml
Ditanya:            NHCl?
(V × N)natrium tetra borat       = (V × N)HCl
(5 × 0,1)                           = (11,6 × N)
0,5                                    = 11,6 N
NHCl                                  = 0,043 N
3.             Perhitungan asiditas
Diketahui:            V NaOH ()    = 8,8 ml
                             V HCl ()       = 3,2 ml
                             V sampel         = 25 ml
                             N NaOH         = 0,045 N
                             N HCl             = 0,043 N
Ditanya:   kandungan air = ?
Jawab:      , maka air mengandung H+ dan CO2
                 H+        =
                             =
                             = 9,376 mg/l
CO2              =
                             =
                             = 253,44 mg/l
4.             Perhitungan alkalinitas
Diketahui:                        V HCl ()        = 2,7 ml
                             V HCl ()       = 5,9 ml
                             V sampel         = 25 ml
                             N HCl             = 0,043 N
Ditanya:   kandungan air = ?
Jawab:      , maka air mengandung CO32+ dan HCO-
                 CO32+  =
                             =
                             = 278,64 mg/l
CO2     =
                             =
                             = 335,744 mg/l
5.             Pengukur asidi-alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991
a.              Asiditas metil orange (pH air < 4,3)
Diketahui:   Vtitrasi NaOH                    = 9,5 ml
                    V sampel                     = 25 ml
                    NNaOH                           = 0,045 N
Ditanya:      asiditas metil orange   = ?
Jawab:                     asiditas metil orange (mg/l CaCO3)
                                =
                                =
                                = 213,75 mg/l CaCO3
b.             Asiditas total (pH air < 8,3)
Diketahui:   Vtitrasi NaOH        = 17,3 ml
                    V sampel         = 25 ml
                    NNaOH               = 0,045 N
Ditanya:      asiditas total    = ?
Jawab:                    
asiditas total            =
                                =
= 389,25 mg/l CaCO3
c.              Alkalinitas fenolftalein
Diketahui:   Vtitrasi HCl                                  = 1,6 ml
                    V sampel                                 = 25 ml
                    NHCl                                         = 0,043 N
Ditanya:      alkalinitas fenolftalein             = ?
Jawab:        
alkalinitas fenolftalein   =  
 
                                      =
                                                      =  34,4 mg/l CaCO3
d.             Alkalinitas total
Diketahui:   Vtitrasi HCl                      = 9,6 ml
                    V sampel                     = 25 ml
                    NHCl                             = 0,043 N
Ditanya:      alkalinitas total            = ?
Jawab:        
alkalinitas total        =
                                =
= 206,4 mg/l CaCO3
B.            PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, praktikan melakukan percobaan asidi-alkalinitas terhadap sampel limbah industri tahu. Proses asidi alkalinitas merupakan nalisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan standar. Prinsip titrasi asidi alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap suatu senyawa dengan cara mereaksikannya dengan suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat Asiditas merupakan banyaknya baa yang digunakan untuk menetralkan larutan bersifat asam, sedangkan alkalinitas me rupakan banyaknya asam yang digunakan untuk menetralkan larutan bersifat basa. Asidi-alkalinitas biasanya menggunakan metode titrasi.
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa-volume larutan), contohnya natrium karbonat, natrium tetraborat (boraks), asam oksalat, dan asam benzoat. Pada percobaan ini, praktikan menggunakan asam oksalat (H2C2O4) dan natrium tetraborat (Na2B4O7.2H2O) sebagai larutan standar primer. Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi, contohnya asam klorida, asam sulfat, dan natrium hidroksida. Praktikan menggunakan asam klorida dan natrium hidroksida sebagai larutan standar sekunder.
1.             Standarisasi larutan NaOH
Pada percobaan ini, praktikan melakukan proses standarisasi terhadap larutan NaOH yang berperan sebagai titran. Asam oksalat dimasukkan sebanyak 5 ml kedalam erlenmeyer menggunakan pipet volumetri. Kemudian asam oksalat ditetesi indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes.
Indikator asam-basa merupakan zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah, sehingga indikator digunakan sebagai penentu sifat dan pH larutan. Indikator fenolftalein merupakan indikator yang  biasanya digunakan pada larutan bersifat basa. Trayek indikator fenolftalein yaitu 8,0 – 9,6 sehingga sangat baik digunakan pada larutan asam oksalat yang akan dititrasi dengan larutan NaOH. Indikator fenolftalein akan berwarna bening jika pH kurang dari 8 dan akan berwarna merah pada pH diatas 8, namun akan berubah keunguan saat pH diatas 10-13.
Larutan asam oksalat yang ditetesi indikator fenolftalein dititrasi dengan larutan NaOH. Larutan tersebut berubah warna dari bening menjadi merah muda. Hal ini menandakan pH larutan lebih dari 8,0. Dari proses standarisasi ini diperoleh konsentrasi larutan NaOH, yaitu sebesar 0,045N.
2.             Standarisasi larutan HCl
Pada percobaan ini, praktikan melakukan proses standarisasi terhadap larutan HCl yang berperan sebagai titran. Natrium tetraborat atau biasa disebut boraks dimasukkan sebanyak 5 ml kedalam erlenmeyer menggunakan pipet volumetri. Kemudian natrium tetraborat ditetesi indikator metil orange sebanyak 2 tetes.
Indikator metil orange merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil orange sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil orange digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik.
Larutan natrium tetraborat yang ditetesi indikator metil orange dititrasi dengan larutan HCl. Larutan tersebut berubah warna dari kuning menjadi merah muda. Hal ini menandakan pH larutan antara 3,1 – 4,4. Dari proses standarisasi ini diperoleh konsentrasi larutan HCl, yaitu sebesar 0,043N.
3.             Pengukuran asidi alkalinitas
Pada percobaan ini, praktikan menggunakan sampel limbah industri tahu sebagai sampel air yang digunakan pada proses asidi alkalinitas. Limbah cair tahu mengandung asam cuka sisa proses penggumpalan tahu sehingga limbah cair tahu bersifat asam. Limbah cair tahu berwarna kuning muda dan disertai suspensi warna putih.
a.              Asiditas
Asiditas merupakan banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan larutan yang bersifat asam. Pada percobaan ini, sampel limbah tahu dititrasi dengan NaOH setelah ditetesi dengan indikator fenolftalein sebanyak 5 tetes. Pada titrasi NaOH dilkaukan 2 kali pengulangan. Pada titrasi 1 dan 2, larutan berubah warna menjadi merah muda dengan volume NaOH yang digunakan berturut-turut sebanyak 12 ml dan  7,6 ml sehingga volume rata-rata NaOH yang digunakan sebesar 9,8 ml. Sampel berarti larutan memiliki pH diatas 8,0.
Dari titrasi tersebut, larutan sampel kembali dititrasi dengan HCl setelah ditetesi indikator metil orange sebanyak 3 tetes. Titrasi dengan HCl dilakukan 2 kali pengulangan. Pada titrasi 1dan 2, larutan berubah warna menjadi kuning keruh kejinggaan Hal ini menandakan bahwa larutan berada pada trayek pH 4,4 pada volume rata-rata HCl 3,2 ml. Perhitungn asiditas didapatkan nilai sebesar 253,44 mg/l CaCO3.
b.             Alkalinitas
Untuk mengukur alkalinitas, praktikan mengambil 25 ml sampel limbah tahu yang ditetesi dangan indikator fenolftalein sebanyak 5 tetes dan mentitrasinya denganlarutan NaOH. Sampel yang dititrasi dengan NaOH menghasilkan warna merah muda dengan volume rata-rata 7,95 ml. setelah itu, larutan dititrasi dengan HCl sebanyak 2,7 ml dan menghasilkan sampel yang tidak berwarna. Kemudian sampel ditetesi dengan indikator metil orange dan mentitrasi sampel dengan HCl sebanyak 5,9 ml dan menghasilkan warna orange. Dari perhitungan alkalinitas diperoleh nilai 355,744 mg/l.
4.             Pengukur asidi alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991
Pengukuran asidi alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991 dilakukan untuk mendapatkan nilai yang sudah distandarkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengukuran ini dilakukan untuk menetapkan kadar asidi-alkalinitas suatu limbah yang akan dilepas ke lingkungan. Pengukuran dilakukan dengan empat prosedur kerja, yaitu untuk pengukuran asiditas metil orange (pH air < 4,3), asiditas total (pH air <8,3), alkalinitas fenolftalein, dan alkalinitas total.
a.              Asiditas metil orange (pH air < 4,3)
Pada percobaan ini, sampel limbah industri tahu sebanyak 25 ml dilakukan asiditas dengan pH kurang dari 4,3 sehingga menggunakan indikator metil orange. Limbah tahu ditetesi metil orange sebanyak 3 tetes menyebabkan perubahan warna larutan dari putih keruh menjadi orange muda. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH sebanyak 2 kali pengulangan. Pada titrasi 1 dan 2 larutan berubah warna menjadi orange dengan volume rata-rata  NaOH yang digunakan sebanyak 9,5 ml. Hal ini menunjukkan bahwa larutan memliki pH < 4,3. Dari perhitungan asiditas, diperoleh hasil 213,75 mg/l CaCO3.
b.             Asiditas total (pH air < 8,3)
Asiditas total juga diukur dengan menggunakan 25 ml sampel limbah tahu yang ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein. Kemudian sampel dititrasi dengan larutan NaOH hingga larutan berubah warna menjadi merah muda. Pada percobaan ini, volume rata-rata larutan NaOH yang digunakan untuk titrasi sebanyak 17,3 ml. Dari perhitungan didapatkan nilai asiditas total sebesar 389,25 mg/l CaCO3.
c.              Alkalinitas fenolftalein
Pada percobaan ini, digunakan lagi 25 ml sampel limbah tahu dengan menambahkan 3 tetes indikator fenolftalein dan warna sampel limbah tahu tetap putih keruh. Kemudian sampel dititrasi dengan larutan NaOH sebanyak 8,3 ml sehingga warna sampel berubah menjadi merah muda. Setelah itu, sampel limbah tahu dititrasi dengan larutan HCl sebanyak 1,6 ml dengan perubahan warna menjadi kuning keruh. Dengan volume titrasi tersebut, pada perhitungan didapatkan nilai alkalinitas fenolftalein sebesar 34,4 mg/l CaCO3
d.             Alkalinitas total
Untuk mengukur alkalinitas total digunakan 25 ml sampel limbah yang kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein dan mentitrasi sampel dengan NaOH sebanyak 9,1 ml sehingga larutan menjadi berwarna merah muda. Setelah itu, sampel dititrasi  dengan HCl sebanyak 1,9 ml hingga sampel berubah warna menjadi kuning keruh. Setelah sampel dititrasi dengan HCl, sampel ditetesi dengan metil orange dan dititrasi kembali dengan HCl hingga sampel berubah menjadi warna jingga, dan tercatat volume rata-rata HCl yang digunakan adalah sebanyak 9,6 ml. Dan dari perhitungan didapatkan nilai alkalinitas total sebesar 206,4 mg/l CaCO3.
VI.        KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.             Asiditas adalah banyaknya basa yang digunakan untuk menetralkan asam pada air, sedangkan alkalinitas adalah banyaknya asam yang digunakan untu menetralkan basa pada air.
2.             Nilai asiditas dan alkalinitas pada percobaan ini berturut-turut yaitu 253,44 mg/l CaCO3 dan 355,744 mg/l.
3.             Ada empat pengukuran asiditas dan alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991, yaitu pengukuran asiditas metil orange (pH air < 4,3) menghasilkan 213,75 mg/l CaCO3, asiditas total (pH air <8,3) menghasilkan 389,25 mg/l CaCO3, alkalinitas fenolftalein menghasilkan 34,4 mg/l CaCO3, dan alkalinitas total menghasilkan 206,4 mg/l CaCO3.
Daftar Pustaka
Day, R. A. & Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Gandjar, I. G. & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar, Yogyakarta.

Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia Jakarta

Keenan. 1991. Ilmu Kimia Universitas. Erlangga, Jakarta.

Suirta, I W. 2010. SINTESIS SENYAWA orto-FENILAZO-2-NAFTOL SEBAGAI INDIKATOR DALAM TITRASI. Jurnal Kimia, 4(1): 27-34


Tidak ada komentar:

Posting Komentar